cerita emosi

18/02/09
emosiku sedang memuncaki akal
kala kau datang dan membawa sesuatu yang tidak kusenang
aku tak mungkin marah pada engkau
sebab ku bukan orang yang punya hak atas itu

aku pergi kala itu,,,
hanya untuk menyelamatkan hatiku...
hanya untuk menjaga rasaku atasmu
dan hanya untuk menata pikirku...

aku lemah atas lakumu
lemah, sebab ku tak bisa apa-apa untukmu
aku sedih atas hidupmu
sedih , sebab aku tak bisa membantumu

terdiam sendiri memendam rasa
hanya bercerita di depan layar berwarna hitam
aku sedih atas hidupku
membiarkan semua berlalu pergi lalu menyesal menyendiri...

Kering lagi dan berbaring bersama sepi

11/02/09
Kering lagi…
Retak menuju ke dalam, lapisan yang terakhir
Aku memuja tapi tak tertangkap oleh yang ku puja
Entah apa yang salah…
Caraku memuja atau pilihanku yang salah?

Menuju kehancuran di tengah ribut suara hati yang berteriak
aku dalam keadaan tak tentu,
tak tau,
tak mau,
dan risau.

Salah…keliru…
Aku berdiri di jalan yang salah
Tersadar ketika sudah jauh kujalani
Dan untuk kembali mungkin aku akan tersesat di belantara hati yang penuh risau

Aku kering lagi…
Hujan itu itu telah terwadahi…
Saatnya kembali menata hati yang sempat terlena akan lembutnya mimpi
Tapi ku masih harus memilih :
Tetap menatap langit atau menutup mata berbaring bersama sepi…

sesabar tanah yang terinjak

Rasa sedih kembali merajam mimpi yang tak sempat terjalin nyata
Tergulung ombak besar di tengah lautan perasaan
Terantuk batu karang kenyataan di sisi-sisi luka ku
Perih…jatuh tersungkur di atas pasir yang mengiris

Lagi-lagi menyatu dengan tanah…
Sudah nasib ku mungkin…
menjadi sesuatu yang terinjak-injak oleh perasaan
yang akhirnya tak mampu berdiri di antara kedua kaki sendiri

terlentang menatap ke atas
mencari sebentuk senyum dari langit
namun semuanya menjadi jelaga hitam
saat langit menggelap bersama petir yang menggertak

aku menutup mataku langitku
takut akan ganasnya petir yang menjagamu
ku bungkus diri dalam tebalnya selimut plastik
sebab ku tak ingin hujan membasahiku

tak ingin hujan membuatku tertelungkup kedinginan
karena jika begitu, berarti ku akan membelakangimu…
aku tak ingin membelakangimu, aku tetap ingin menatapmu…
akan kutunggu sampai petir itu berhenti dan akan kubuka mataku lagi untuk melihatmu
biarlah sekarang hanya ingatanku yang menghibur
mencoba mengulang semua cerita yang takkan mengabur
aku menunggu di tepi nyata yang tak kunjung berpihak
mencoba mengobati luka dan mengajari hatiku untuk sesabar tanah yang terinjak…

aku, langit dan air itu

01/02/09
Aku pernah menjadi bintang indah bagi langit
Kemudian aku jatuh, terbakar
menjelma menjadi serpihan-serpihan batu tak berharga
lalu menyatu dengan keringnya tanah di bumi

di bumi yang baru
ikhlas belum mau menyatu denganku
masih saja aku berandai-andai sebagai bintang
terus menatap ke atas melepaskan hasrat: memuja langit

aku mengenal air
dan tak menyadari jika ternyata dia menyamarkan keringku
langit dan air menjadi penting dalam adaku
namun keduanya menjadi sulit menjadi apaku

langit tak tersentuh namun begitu megah
air memang bisa kusentuh tapi tak bisa tergenggam
keduanya memang tak mungkin
dan tetaplah aku menjadi tanah tak berarti

yang kemudian tetap berharap
namun…harusnya aku berlalu jauh
dari harap akan keduanya
sebab aku bukanlah ratu di atas nyata
yang mampu membalik dunia berpihak pada aku...