Rencana

22/12/11
Tempat ini melenakan..
Sedikit seperti mimpi
termasuk kedatanganmu yang aku yakin direncanakan Tuhan
Tapi entah, apakah hanya pertemuan ini yg terencana
sementara kelanjutannya hanyalah menjadi rencanaku
tak sedikit bernasib sama denganku
dan tak banyak yang berakhir senyum
sementara aku sendiri
masih meraba-raba
sebab kacamataku telah buram dan berembun
tempat ini benar melenakan
apalagi saat kau menyapa dengan senyum
aku berencana ingin selamanya di sini
tapi mungkin Tuhan berencana jalanku tak di sini

Ruang Tunggu

Kita bertemu di sebuah ruang tunggu
di mana masing-masing dari kita
tak saling memperhatikan
Kita menanti pesawat kita masing-masing
saling menunduk dan terkadang melihat arloji
Kita semua di kejar waktu
tapi ini kali pertama di mana aku mohon
agar pesawatku di tunda

Petang

18/12/11
Dan kau seumpama petang..
di tengah-tengah gelap, namun memesona
begitu misterius caramu menyampaikan keindahan
dimana bahkan senyumku pun tak mampu bersembunyi darimu
ku tau kau bersanding indah dengan jingga
dan aku dengan hitamku mencoba merasuk
mencari perhatian..

Lalu biarkanlah aku terlena pada setiap petang
Sebab aku tak pernah tau
petang yang mana yang akan kau datangi dengan senyuman
senyuman untukku tentunya...

Kebisuan Kita

Kita terpenjara diam malam ini
Aku dengan rumitnya berspekulasi tentang rasamu
akankah kita bisa membicarakan ini?
tentang spekulasiku..
atau haruskah aku selamanya hanya berspekulasi tentang mu?
sementara aku dan rasaku harus bergulat
setiap harinya, saling menggulingkan,
saling menafikan dan akhirnya..
air mataku yang lagi-lagi jadi tumbal kenyataan dan kebisuan kita..