Rahasia Tanah

28/05/09
sesuatu itu tak boleh kau tau!
orang lain juga tak boleh!
sesuatu itu tak mesti kau paham!
orang lain juga tak mesti!
cukup di sin itu tersimpan
aku bukannya mau menjadi pelit
tapi biarkan ia menjadi sesuatu
sesuatu yang tersimapan bagi
: angin hujan air dan langit...

biar angin tak juga ku bisiki
biar hujan tak ingin ku resapi
biar air tak pun ku genangi
biar langit tak lagi ku gumami
sebab ini sesuatu...
sesuatu yang ingin kusimpan sebagai rahasia
bagi tanah, yang pandai memendam...

Berulang-ulang, berkali-kali

satu bulan, satu bulan
dua bulan, dua bulan
tiga bulan, tiga bulan
...
menanti-nanti
merenung-renung
berharap-harap
semoga tak mati-mati
...
relung-relung bertanya-tanya
akan mimpi-mimpi
berornamen janji-janji
...
aku dan kau, sendiri-sendiri
mencoba mengukir masa-masa
memperhatikan orang-orang
...
itu akan memakan waktu-waktu
berhari-hari
berminggu-minggu
berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun...

Pengkhayal Pagi

Lagi-lagi
kucoba merangkai isyarat tampak
menggabungkannya dengan asumsi pribadi
tersenyum-senyum
menikmati khayal sendiri
menabrakkannya dengan nyata ilahi
pagi-pagi...
pengkhayal pagi
seperti sebelum-sebelumnya
masih saja memikirkan diri sendiri...

Kebiasaan Menunggu Pagi

Menunggu pagi...
Berlari bersama pikiran
kami mencoba mengukir sebuah sejarah
mimpi-mimpi
begitu tinggi
sementara orang tua juga mengejar
mencoba mematikan
menerka-nerka
meraba-raba
semua demi membangkang
bangkangan bagi larangan
sebab, menunggu pagi
masih menjadi kebiasaan kami
untuk merangkul mimpi...

21 tahun

05/05/09
21 tahun sejak darah mengiring dari rahim
Bergabung dalam sebuah sosok yang menua tiap detiknya
Kini menua dalam hitungan tahun
Berjalan mengarungi labirin kehidupan menuju kebahagiaan
Terkadang terjatuh dalam kebodohan
Kini sudah 21 tahun
Saatnya memilih menjadi selayaknya menjadi
Kini sudah 21 tahun
Waktunya menanti kapan akan pulang lagi…

Muara Patuh

Kau mencoba memahaminya
Bahkan meminta bantuan pada khaliknya
Aku ingin sekali membusungkan dada dan berkata :
“rasa ku lebih kuat atasnya!!!”
Tapi tak adil mengakui rasa sepihak.
Yang kuharap bahkan lebih dari yang kau harap
Walau sudah kuwujudkan setengahnya
Dan seperduanya lagi masih berbingkai hitam
Tergeletak di ruang khayal.
Tapi terserahnya saja
Aku mengangguk patuh untuk tiap putusannya
Tak ikhlas harus disembunyikan rapat-rapat
Bagai sebiji kapuk dilemparkan ke laut.
Biar terhanyut menanti sebuah muara patuh lainnya.

Isyarat Tak Sampai

Terdengar awan mencoba menutupi pandanganku pada langit
Bersiul-siul riang angin tersenyum tanpa makna
Rumitnya sebuah perasaan tercampur dalam hati yang dibakar api
Tak ada yang harus dihukumi
Juga langit yang tak salah memilih bintangnya
Awan pun tak salah…jangan menghukuminya
Sebab posisiku kalah darinya
Jangan coba membakar api dalam otakku
Sebab air yg kuharap, seakan tak melihat asap yang menjadi isyarat
Isyarat tak sampai pada keduanya, langit tak paham tatapan tanah…
Dan air yang tak melihat isyarat asap di atas tanah…

Kosong

04/05/09
Menyusuri lorong gelap menua oleh bulan
Kadang terpeleset kiri ataupun kanan
Disela-sela nafas aku teriakkan sebuah panggilan
Kadang sadar kadang tak sadar
Terdengar tanya begitu banyak
Kenapa mereka harus bertanya dan Kenapa masih bertanya?
Padahal mereka tau….mereka paham…
Jawaban atas panggilanku, seperti biasanya:
Tak tergambar ,
Tak terucap,
Tak terdengar…
Sebab semuanya kosong…

Tanpa inspirasi sebab kehilangan inspirasi

02/05/09
Tanpa inspirasi coba kurangkaikan simbol-simbol
Merubahnya menjadi tersusun dan terpahami
Dan kucoba bermain petak umpet dengan pikiranku
Dan juga dengan pikiranmu…

Kehilangan inspirasi menginspirasi akan bentuk telepati
Menyebut nama yang biasanya dalam hati
Dan kucoba bermain kejaran dengan rasaku
Dan berbisik pada angin

Sebab angin paling sering ditanyai
Jadi ku percaya angin untuk menyelinap di celah-celah
Dan kucoba bertaruh bertahan dengan hatiku
Dan kuharap begitu juga hatimu…