Keluh Subuh

23/07/12

Sudah 3 kali penghujung minggu, aku terus berkutat dengan kesakitan. Belum lagi rindu yg protes sebab tak ternafkahi. Dingin Kota Kecil yg tak dinyana berkolaborasi dengan ketakutan2 akan kehilangan. Lalu, aku harus sembunyi di mana? Saat segala tembok dan batas2 diruntuhkan baik2 oleh apa yg mereka sebut keberanian.walau sungguh, itu sepertinya palsu. Haruskah aku turut beramai-ramai menyaksikan subuh luruh dengan topeng tebal berlapiskan munafik? Atau kembali bercengkrama dengan mimpi yang malah lebih realistis dari realita yg ada? Mata mendukung opsi terakhir, setidaknya aku berlutut dan berterima kasih dulu pada DIA. Selebihnya, mari kita buat lebih personal saja.

Menyepi Malam

18/07/12

Menyepi malam. Di tengah ramai aku tersapu.
Menyanyi lirih. Di tengah resah aku mengaduh.
Menerawang rindu yang terpekur lesu.
Sungguh menyesak nafas di telaga nelangsa.
Luruh segala deru dan luluh segala ego.
Menyepi malam. Di tengah ramai aku melagu
Menyanyi lirih. Di tengah resah aku meragu
Menerawang rindu yang terlalu jauh.

Terhentak

17/07/12
dan jantungku berdetak.
menghentak dinding-dinding rindu yang tak lagi bisa ku elak.
aku tergeletak dalam ketidakberdayaan. menengadah ke atas. buram.
nafasku berat. aku kalah telak.
Terlalu berat. Terlalu kuat.
Aku, Jatuh. Kali ini berantakan.
 Pada siapa keluh ini tertuju? Pada waktu lagi?
 terlalu lama! aku butuh instan!

Namamu

Aku di kelilingi namamu. di setiap tempat, jarak dan masa, seolah kutemui kau. 
Aku serasa berbincang dengan kau di setiap jejak ku
dan seolah kau membayang di setiap langkah-langkah yang terpahat di setiap hariku. 

Di jam-jam Pagi, di sunyi malam, bahkan di linikala. 
bagaimana aku bisa lari? jika ternyata kau tampak menggelayut pergelangan kaki ku?
bagaimana aku bisa lupa, jika kau berayun-ayun di setiap syaraf-syaraf sadarku?
dan bagaimana aku bisa berhenti, jika kau menyembunyikan rem yang seharusnya ada di sela-sela jemariku?