Bertutur Pada Kertas

25/07/09
aku bertutur pada kertas
lewat bisikan gores pensil
otakku mengandung malam ini
ingin melahirkan walau tak disertai bidan

satu-satu anak kalimat lahir
berebut ingin jadi yang tertua
berserakan di atas ranjang kertas
mencoba ku atur dengan mata

berdesak-desakan dalam rahim otakku
ranjang kertas sudah siap dilahiri
hanya saja sangat sakit melihat mereka bersiku-sikutan
dan akupun lelah menjaganya

aku bermohon pada kertas
lewat goresan doa dari pensil
mataku begitu lelah malam ini
: tolong jagakan anak-anak kalimatku di ranjang kertas ini....

Kau Ku Undang Ke Pesta Itu

kau ku undang ke pesta itu
bawakan aku wajah riangmu untuk cairkan beku
ikutkan bersamamu sebuah seruling bambu
untuk menjauhkan pilu

kau ku undang ke pesta itu
bingkiskan aku sebentuk senyum untuk menanggalkan rindu
sertakan dengan kedatangan mu biduan bersuara merdu
untuk menghibur para tamu

kau ku undang ke pesta itu
hantarkan segala sesuatu yang bisa merayu hatiku
gandengkan setitik bahagia dari dalam hatimu

tapi kumohon satu darimu
jangan kau ajak sendu di belakangmu
sebab apa guna pesta jika sendu hadir untuk mengganggu

maafkanku pada Kekasih-MU

21/07/09
tertahan nafasku mendengar keagungan Beliau
bagai menusuk dalam relung batin yang lugu

ah,,bukan lugu Tuhanku....
tapi kacau,,kacau yang ada dalam relungku

rasa menyesal menyeruak
menghapus segala alpa akan Beliau

ada banyak kata tertahan
ada banyak sesal yang mendesak

kenapa tak bisa seperti mereka
kenapa tak bisa menjadi pengagum Beliau

hanya bisa mendengar
hanya bisa ternganga....
hanya bisa berucap dalam hati....
maafkan aku Kekasih-NYA...

Pengecut Gila !!!

19/07/09
kau taburkan benih fitnah
di setiap hati para saudaramu
kau ukir sebuah kelam di wajah musuh-musuh mu
walau jujur aku sendiri tak mengerti awal perang kalian.

kau kibarkan bendera perang itu begitu saja
dan kau memgundangku untuk jadi prajurit perang mu
namun, maaf saja untuk itu
aku sedang ingin menjadi tembok penengah saja

kau sebarkan begitu banyak senjata
hancurkan begitu banyak hati dengan dendam mu
namun sayang,,,
kau pasang wajah manis tiap kali berada di ranah perang
kau selalu ingin bergerilya..

aku tak tahu mau menyebutmu dengan apa....
masihkah kau saudara atau sudah jadi musuh juga
tapi entah hatiku terdorong oleh apa..
sampai berani menyebutmu PENGECUT GILA!!!!

Kepalsuan penutup kelemahan

14/07/09
kurangkai huruf-huruf palsu
menggambarkan cuaca yang mendukung
menanggalkan jejak-jejak kesedihan yang terkungkung
di sebuah lembah yang tak berujung

kubisikkan pada angin tentang sebuah cerita tak menarik
masih mencoba menyamarkan kepalsuan yang kugenggam
tentang tanah yang tak boleh terpijaki
sebab angin memang tak pernah memijak padanya

kulukis sebuah taman penuh bunga
dengan wangi-wangi indah mengundang kupu-kupu
walau sesungguhnya berbenih racun
bagi kumbang tak berperi padanya

kutuliskan huruf-huruf palsu
semua demi hati yang tak kunjung jauh dari pilu
demi senyum dari bumi penutup kelemahan
demi acungan bagi kekuatan....

Di Hujan Pagi Ini

Di hujan pagi ini
mencengkeram dingin yang kurindu
memaksaku meringkuk di bawah kain yang tak membantu

angin di hujan pagi ini
memberiku rindu yang yang kuat pada sebuah mimpi
memaksa mengingat pada langkah-langkah
di bawah gerimis menitik pelan-pelan

jejak-jejak itu telah tertutup debu
sehingga kutak tau lagi maksud hati itu

Di hujan pagi ini
membuatku tau akan rinduku
pada ingatan akan hujan malam itu

Pesta Itu Sudah Usai

pesta itu sudah usai
kursi-kursi mulai ditata rapi-rapi
ekspresi wajah-wajah kini berdiri
menghitung amplop-amplop yang kembali
ada yang isinya sedikit ada yang menari-nari

pesta itu sudah usai
tamu-tamu sudah pergi
meninggalkan jejak-jejak kaki
di tengah-tengah padang janji-janji
mereka tak sekedar pergi
tapi tetap menanti
agar jejak-jejak mereka bisa terpahami

pesta itu sudah usai
hanya meninggalkan mimpi-mimpi
bagi dua mempelai lain beserta tamu-tamunya
dan tertinggal sampah berduri
bagi orang-orang yang tak peduli

sedang bagi memepelai yang terpilih
semuanya adalah hidup baru yang harus diarungi

pesta itu sudah usai
semoga ada hadiah pertanda terima kasih
pada tamu-tamu yang berharap dipahami
pada amplop-amplop yang berisis tagihan janji
pada bunga-bunga yang menebarkan wangi...

Aku dan Awan

03/07/09
ada sesuatu antara aku dan awan
berdesir di antara pasir
sama-sama berbisik pada angin

aku dan awan saling berprasangka
sedikit kebingungan harus menebar apa

lewat hujan itu tersampaikan
kusediakan rumput untuk jadi basah awalnya
tapi kini biar ia meresap jauh
saling berbisik dalam-dalam
tentang desiran pada dia yang dulu begitu terharapakan

ada sesuatu antara aku dan awan
biar tetap berdesir di antara pasir
walau yang tertiup angin kini hanya bisikan
bisikan lirih pada dia yang dulu begitu terharapkan

sebelum pesta itu

empat hari sebelum yang mereka sebut pesta itu akan terjadi
mereka menebar bunga-bunga lewat mulut mu
anak-anak mu menyebar ke pelosok
merayu-rayu berbangga-bangga
berseru-seru pada setiap yang melintas

tanya-tanya besar masih meresap
belum yakin pada harumnya bunga-bunga yang kau tebar
betulkah itu?
benarkah begitu?
pakah akan seperti itu?

yakinku belum mau memilih
jariku belum berniat menunjuk apa-apa
meragu-ragu menggeleng-geleng
berlari-lari menjauhi bicara pada satu pilihan

akankah berubah jadi lebih sempurna?
atau kembali menanti seperti kemarin-kemarin.....