Esok akan begitu lain
Bulan berkahNya mampir lagi..
Tak ada yg berbeda dariku sementara itu
Ku masih saja belum ikhlas atasmu
Terbayang lagi suatu hari bersamamu
Ketika sujud itu kita lakukan bersama
Nyatanya hatiku begitu ingin lagi menghadapNya bersamamu
Kau imamku, aku di belakangmu
Akan indah kiranya bisa kita lakukan di masa esok
Tapi sayang...semua kembali seperti lampau
Di mana semua hanya mimpi lagi bagiku
Esok aku punya tekad
Memohon hanya padaNya
Agar akan ada nanti
Di mana bisa menghidangkan sebuah santapan di meja makan
Untukmu sahur dan berbuka...
Ini bukan harap semata
Tapi sebuah niat indah yg kusimpan di hati...
Semoga semua tak sia-sia
Karena begitu besarnya harap akan
: Kau imamku, aku di belakangmu
Makassar, 31 Agustus 2008
Waktu kau masih gundul dan lugu
Aku pun tak mau mengulang masa itu
Ketika kau begitu akrab dengan kepalan tinju
Kau tak berada lagi di masa itu
Tapi kenapa takutmu tak juga kau bunuh
Alasan mu selalu sedih jika teringat hal lampau
Lalu kenapa kau tak mau memberi hal baru?
Pada kami di masa yg juga baru...
Takutmu membuatmu lucu
Takut akan sesuatu yang tak mungkin kami asuh
Tolonglah...jangan jadi seperti musuh!!
Anda ini sudah kami anggap seperti datuk
Tempat kami patuh dan tunduk
Tapi tak berarti bisa terus menusuk kami punya rusuk!
Bingung jadinya otakku teraduk
Berhadapan dengan datuk yg tak hendak membaur
Berbicara dengan datuk yg masih meringkuk di bawah bayang lalu
Harus dengan apa kami merayu?
Atau haruskah kami membiarkan satu generasi terhanyut??
Makassar, 29 Agustus 2008
Ingatanku terus berputar ke arah lampau
Kau masih begitu bersinar dengan sgala lebih mu
Sementara ku terpesona di bawahnya
Siapa bilang kau lemah??
Siapa yg berkata kau tak punya apa-apa??
Kau lebih dari segala yg mereka sebut
Bukan karena ku silau lalu meracau
Sebab kau memang slalu tampak indah di aku
Mereka yg meracau
Mereka yg mengigau
Kau lebih...kau lebih...
Kau hebat!!!
Aku tak bilang kalau aku tau segala atasmu
Aku hanya berucap yg aku lihat selama itu
Maaf atas sok tau ku
Tapi kau memang Hebat!!!
Makassar, 25 Agustus 2008
Aku merindunya...
Tuhan aku begitu rindu akan wajahnya
Akan hatinya
Akan sayangnya
Akan cintanya
Tuhan...
Aku membutuhkannya
Tuhan aku begitu ingin hidup bersamanya
Menjaganya
Merawatnya
Mencintainya
Tuhan...
Aku menyayanginya
Izinkan aku tetap menyanginya
Tetap mencintainya
Tetap menunggunya
Tetap merindunya
Makassar, 21 Agustus 2008
Tapi tak tahu harus membiaskannya
Dengan bagaimana?
Kau telah menjauh dari aku
Kau telah pergi dari nyataku
Hanyalah mimpi
Yang terus datang padaku
Hanyalah kenangan
Yang bisa kuingat
Aku terluka...
Tapi aku mencoba mengobatinya
Mengobatinya dengan mengingat
Sayang yang pernah kau beri
Dengan mengingat hangat tangan mu yang pernah kupegang
Aku tetap mencinta
Walau kau tlah pergi
Walau kau meninggalkan ku
Walau kau belum tentu kembali
Aku akan tetap mencinta
Makassar, 21 Agustus 2008
Ingatanku terus berputar ke arah lampau
Kau masih begitu bersinar dengan sgala lebih mu
Sementara ku terpesona di bawahnya
Siapa bilang kau lemah??
Siapa yg berkata kau tak punya apa-apa??
Kau lebih dari segala yg mereka sebut
Bukan karena ku silau lalu meracau
Sebab kau memang slalu tampak indah di aku
Mereka yg meracau
Mereka yg mengigau
Kau lebih...kau lebih...
Kau hebat!!!
Aku tak bilang kalau aku tau segala atasmu
Aku hanya berucap yg aku lihat selama itu
Maaf atas sok tau ku
Tapi kau memang Hebat!!!
Makassar, 25 Agustus 2008
Ku coba lagi menulis apapun yang menjadi rasaku
Ku rayu hatiku agar mau ikhlas melepasmu dulu
Demi citamu dan demi hari nantimu
Kuyakinkan dengan terus memujamu
Kukatakan padanya kalau dia harus bangga karena pernah memilkimu
Kubisikkan padanya bahwa dia harus bahagia karena pernah disayangi olehmu
Kutuliskan padanya tentang semua lebihmu
Agar dia yakin jika dia tidak mencintai orang yang salah
Agar dia percaya pada kuatnya cintanya atasmu
Karena dia sempat meragu untuk terus hidup tanpamu
Karena itu kubuat dia percaya lagi akan dirimu
Agar dia mampu menemaniku menunggumu
Agar aku tak sendiri menanti lagi hadirmu
Hanya satu harapku yang begitu besar
: semoga semua tak sia-sia untuk hatiku
Suatu hari akan ada balasan dari mu
Orang yg begitu disayangi hatiku...
Makassar, 21 Agustus 2008
Aku tak ingin merubah rasa sayang ini
Tak akan ku ganti pula kunci pintu hatiku
Biar hanya kau yang tahu cara masuk ke dalam rumah ini..
Tak akan ku ganti kode sandi jiwaku
Biar hanya dirimu yg bisa memanggil jiwaku
Kala kau mungkin merindukanku...
Tapi...ah...apa mungkin kau merasakan rindu itu?
Entah...ku harap saja begitu...
Bilakah kau tau...
Semalam ku terus menatap tempatmu lahir...
Berharap kau ada di sana dan tersenyum padaku malam tadi...
Ah tidak...tidak usah tersenyum padaku jika kau tak ingin...
Tersenyum lah pada orang lain,,hanya itu yg kubutuhkan...
: melihatmu tersenyum...walau senyum itu bukan untukku...
Aku tak akan mengubah semua yg tlah kau bagi denganku...
Biar ku kenang...
Biar ku kenang senyum mu
Biar ku kenang suaramu
Biar ku kenang...biar ku kenang...
Biarkan aku mengenangmu : hidupku
Bone, 18 Agustus 2008
Bila hati sudah menjauh
Siapa yang bisa ku tuduh??
Atas dirinya yang telah jenuh
Pada siapa bisa mengadu??
Jika rasa telah meragu
Kuhanya bisa menunggu
Bersama cintaku di depan pintu
Ku pasti akan merindumu
Karena dirimu yang telah memberiku candu
Aku tak akan mengeluh...
Sebab jantungku masih bergemuruh saat ada kau
Belum lagi cintaku yang tak kunjung luruh
Dan yakinku begitu tak ingin runtuh
Aku butuh dirimu
Aku rindu kasihmu
Dengan lesunya tubuh
Aku tak akan mengeluh
Aku akan menanti kembali hadirmu...
Di sebuah tempat yang kuberi nama rumah
Sebuah rumah yang kubangun di hatiku
Aku menunggumu di sini
Di dalam sebuah rasa yang kusebut cinta
Cinta yang kujadikan warna bagi rumahku
Aku mengharapkan seseorang kembali
Seseorang yang kupanggil sayang
Aku menantimu kembali
Pada sebentuk raga yang kusebut aku
Aku yang membangun rumah itu dengan cinta
Aku yang menanti di depan rumah itu...
Padahal arus tak begitu mengancam
Perahu kita terlalu cepat bocor
Meski bebatuan tak begitu tajam
Mungkinkah ini kau yang lelah mendayung?
Bisa jadi kau terlalu terkuras di awal
Sebab itu tak mampu lagi di tengah-tengah
Bisa juga kau yang terlalu cepat menyerah
Karena aku tak mengapa
Bukan menyalahkan mu
Hanya bermain di kisaran dugaan
Sebab aku bukan dewa yang tau segala
Atau bisa sebab aku yang terlalu lemah
Sehingga tak mampu membuat imbang
Sekali lagi aku hanya berani menduga
Ahh..apa gunanya menduga?
Semuanya tetap kabur terlihat
Kuambil putusan menunggu
Kau kuat lagi, siap lagi, mampu lagi
Di pinggiran sungai ku buat kemah
Kujaga dan kuperbaiki perahu kita
Semoga akan ada saat kau menghampiri dan mengajak
: “maukah mendayung bersamaku lagi?”
Maaf atas sayangku...
Maaf atas pehatianku...
Maaf atas doaku...
Maaf atas harapku...
Maaf atas mimpi-mimpiku...
Maaf atas sikapku...
Maaf...Maaf...Maaf...
Maaf atas berlebihku...
Aku ingin memegang tangan itu...
Aku ingin menggenggam tangan itu...
Tangan yang pernah menggenggam erat tanganku...
Aku ingin meremas tangan itu...
Tangan yang pernah membelai lembut kepalaku...
Aku ingin mencium tangan itu...
Tangan yang pernah mengusap halus pipiku...
Walau tangan itu kini menggenggam sesuatu yang lain...
Walau tangan itu sekarang memegang sesuatu yang begitu tak kusetujui...
Aku tetap ingin memegang tangan itu...
Menggenggamnya erat...meremasnya...
Aku ingin mencium tangan itu...sebagai isyarat bahwa :
Aku tetap mencintai & menghormatinya...
Karena itu,,,ku mohon biarkan aku meletakkannya di atas kepalaku
Sebagai penanda bahwa : aku tetap dibawah cinta mu...
Makassar , 23 Juli 2008