bising tau! Kenapa tidak diam saja? Ambil popcorn mu dan tontonlah drama politik kali ini... Kalaupun mereka butuh bantuan pemeran figuran, ambil saja kesempatan itu, hitung-hitung bs membantu pemeran figuran lainnya..
tapi saran saya jangan dihitung2 kalau mau membantu..
Kerjakan apa yg bisa kau kerjakan, jangan terlalu mengharap banyak..
Jatuh itu sakit, tetaplah di tanah saja, masih banyak teman menunggu untuk didengarkan..
toh kau bersiul-siul dengan Toa pun tak terdengar mereka..
Mereka sibuk! terlalu sibuk!
kita? lebih baik sibuk dengan anak-anak lucu yang belum bisa sekolah..
setidaknya sebagai ungkapan syukur kau masih bisa sekolah..
mereka yang sekolahnya terlalu tinggi juga ujung-ujungnya tuli..
Kita liat saja kemana angin membawa bapak yg satu ini,
sembari membantu menariknya kalau-kalau anginnya salah arah..
*sebuah catatan subuh, untuk diri sendiri tentu*
Malam ini aku merinding..
Ku sandingkan gambarmu denganku
Dan aku gemetar tetiba begitu saja
Sungguh,.aku pemimpi ulung
Masih dengan shalawat itu
Semoga DIA tergugah untuk mendukung
Aku rapal doa lagi, mengulum senyum
Menuju tidur... menunggui mimpi..
Tidak lupa menelan ludah tentu..
Hai kamu..
Kamu yang aku kenal hanya dari nama mu
Kamu yang aku tau dari cerita-cerita kawanku
Kamu yang sudah mulai masuk ke mimpiku
Kamu yang hanya bisa aku sapa lewat doaku
Dan kamu yang fotonya aku bacakan shalawat sambil malu-malu...
Apa kabarmu? Kapan kita bisa saling menyampaikan rindu?
Sebentar lagi..
Sebentar lagi pergi..
Meninggalkan ruang tunggu ini
Sebentar lagi pesawatnya kemari
Tanggalpun sudah dipilih
Jangan begini..
Jangan membuat jarak menari
Kita harus bernyanyi
Membuat kenangan sebelum aku pergi..
Ah, jangan begini..
Jangan berdiam diri
Setidaknya ajak aku menari
Sebelum kita tak lagi berdiri di tempat ini..
Setidaknya, senyum manis itu, aku kau beri..
Sebentar lagi..
Sebentar lagi pergi..
Meninggalkan ruang tunggu ini
Sebentar lagi pesawatnya kemari
Tanggalpun sudah dipilih
Jangan begini..
Jangan membuat jarak menari
Kita harus bernyanyi
Membuat kenangan sebelum aku pergi..
Ah, jangan begini..
Jangan berdiam diri
Setidaknya ajak aku menari
Sebelum kita tak lagi berdiri di tempat ini..
Setidaknya, senyum manis itu, aku kau beri..
Sudahlah hari diratap
Bulan pun sudah hampir berganti
Menyepi menghitung harap
Satu-dua-tiga tak kunjung berhenti
Sedikit lagi waktu mengintip
Bersiap pulalah langkah kaki
Jika tiba waktu akhir menatap
Izinkan manis senyum mengiringi
Mereka-reka
Meraba-raba
Bertanya-tanya
Masih pertanyaan yang sama
Kenapa harus dia?
Kalaupun ternyata dia
kapan dia akan bertanya?
Lalu kapan aku akan menjawab 'iya'?
Masih mereka-meraba-bertanya
Masih dengan gulatan tanya yang sama
Tepatnya tergila-gila..
Kamu! Ya, kamu!
Gara-gara kamu tentu!
Kamu pikir enak jadi aku?!
Mau mencoba bertukar posisiku?
Kita lihat, apa kau kesakitan apa tidak!
Jika tidak, aku berarti kalah telak..
Jika iya, kau akan berkata apa lalu?
bagaimana kalau bilang "IYA" untuk aku?
meraba-raba aku yang dulu
mencoba mengenali aku yang baru
menanyai cermin siapa aku
meminta banyangan menjelaskan aku
tidak guna
mereka tak mengerti apa-apa
topengnya teramat asing
terlalu erat pula melekatnya
belum berani ku lepas
belum ada juga yang memintaku melepasnya
doa yang sama sedari tahun kemarin
belum juga diizinkan sepertinya
doa-doa kembali ku rapal
bersediakah wahai Tujuan para pendoa?
atau aku masih berdiri di antrian panjang?
atau belum adakah yang merapal doa yang sama?
aku mengunyah tanya
menelan ludah, karena katanya itu bisa melancarkan doa
aku masih stagnan disatu tempat
tidak beranjak tapi sungguh ku ingin berpindah tempat
aku sejenak lupa tapi juga tidak amnesia
aku mungkin sedang berpura-pura
atau mungkin memang aku alpa
aku kembali dengan hampa
alpa kemarin tidak berbuah apa-apa
aku pulang dengan merindu saja
lama juga aku tidak bercerita