Malam ini ratusan rasa menghampiri hati yang menolak untuk mati. menari menyapa, dan menarik-narik setiap kelenjar di sekitar bola mata.
Memaksaku menangis.
Air mata berdesak-desakan ingin terjun bebas ke pipi. menendang-nendang kelopak mata yang tak setebal bendungan bili-bili.
akhirnya aku menyerah pada titik-titik air mataku. sama seperti awan yang menyerah pada beratnya uapan air laut yang melahirkan titik bernama hujan.
di 22 Desember, sesal datang kembali menguji. mancecoki pikiranku yang tak ingin tidur.
betapa bodohnya tubuh kecil ini. menyia-nyiakan tujuhbelas tahun darah yang mengalir.
hujan mengetuk-ngetuk atap seng rumah ini. sama seperti ragaku yang mencoba mengetuk pintu surga. mencoba bertanya " tak bisakah bertemu sebentar saja dengan ibuku?"
Tertunduk lemah di 22 Desember,
"kenapa waktu kita tak lama?"
melasti
1 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar