Sedikit seperti mimpi
termasuk kedatanganmu yang aku yakin direncanakan Tuhan
Tapi entah, apakah hanya pertemuan ini yg terencana
sementara kelanjutannya hanyalah menjadi rencanaku
tak sedikit bernasib sama denganku
dan tak banyak yang berakhir senyum
sementara aku sendiri
masih meraba-raba
sebab kacamataku telah buram dan berembun
tempat ini benar melenakan
apalagi saat kau menyapa dengan senyum
aku berencana ingin selamanya di sini
tapi mungkin Tuhan berencana jalanku tak di sini
di mana masing-masing dari kita
tak saling memperhatikan
Kita menanti pesawat kita masing-masing
saling menunduk dan terkadang melihat arloji
Kita semua di kejar waktu
tapi ini kali pertama di mana aku mohon
agar pesawatku di tunda
di tengah-tengah gelap, namun memesona
begitu misterius caramu menyampaikan keindahan
dimana bahkan senyumku pun tak mampu bersembunyi darimu
ku tau kau bersanding indah dengan jingga
dan aku dengan hitamku mencoba merasuk
mencari perhatian..
Lalu biarkanlah aku terlena pada setiap petang
Sebab aku tak pernah tau
petang yang mana yang akan kau datangi dengan senyuman
senyuman untukku tentunya...
Aku dengan rumitnya berspekulasi tentang rasamu
akankah kita bisa membicarakan ini?
tentang spekulasiku..
atau haruskah aku selamanya hanya berspekulasi tentang mu?
sementara aku dan rasaku harus bergulat
setiap harinya, saling menggulingkan,
saling menafikan dan akhirnya..
air mataku yang lagi-lagi jadi tumbal kenyataan dan kebisuan kita..
sudah terlalu banyak mimpi di kepalaku
aku tak ingin menambah satu mimpi muluk-muluk lagi
semua ini terlalu muluk-muluk
biarkan aku memeluk mimpiku yang lain dulu
kita akan selesaikan urusan kita nanti
kita tak punya cerita apa-apa
sepatah kata pun dari mulut kita berdua
tak pernah saling menyapa
masih ada yang mau bilang ini tidak muluk-muluk?
ah, sudahlah..
mari kita selesaikan bab ini dalam 3o hari
jika kau tak juga menghilang,
aku yang akan menghilang!
Menyilaukan, merayap,
melalui kornea mataku lalu mendarat lembut di hatiku.
Lembut, namun begitu pasti kau menjadi terngiang-ngiang..
Tak sadar, namun begitu ampuh membuat bibirku melengkung ke atas
Ah, aku sebut saja kau penyusup
Bayangmu begitu pandai mengendap-endap
Kau penyusup, datang di saat aku sedang tak ingin bicara tentang hati
Tapi sudahlah, kau tak lebih sekadar penyusup
Hanya menggelitik, terkadang berisik.
Tapi, kisah kita hanya sebatas pada sebuah ruang
Cukup di situ..
Terima kasih telah menyusup di relungku
Paling tidak kau tidak meninggalkan jejak dengan endapan mu
Pulang lah segera, sekarang aku masih berani untuk bilang tidak
Jika kau tinggal lebih lama, entah besok akan jadi apa..
“Apa kau tidak bosan pada ku?”
Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirmu
Tanpa tendensi apapun, ku tau itu pasti
Kita sudah lama tak bicara banyak
Lebih dari tiga ribu hari kita lewati bersama
Dan itu tanpa sadar pastinya,
Aku tak mau muluk-muluk mengaku mengenalmu sangat dalam
Tapi, apa 3 ribu hari itu tidak lah cukup menegaskan?
Kita berjalan di jalan yang sama selama ini
Dan tak saling bertanya keadaan masing-masing.
Malam ini sungguh aku ingin bertanya,
Apa kau baik-baik saja setelah semua kerikil tajam itu?
Maaf, aku tak pernah begitu peduli padamu
Lalu, apa kau tak ingin bercerita di mana tempat perhentian terakhirmu?
Malam mengundang mu kali ini
Sudah terlalu lama memang kisah itu
Hanya saja,
Saat itu terjadi tak sempat ku bingkiskan kata apapun
Aku masih belum paham permainan kata kala itu
Di malam ini, kisah itu membuatku tersenyum
Kita masih terlalu kanak-kanak waktu itu
Tak pernah kuanggap serius ucapanmu
10 tahun ternyata sudah jauh meninggalkan kita
Dan kita pun sudah melangkah ke tempat terakhir kita
Sendiri-sendiri
Tak lagi saling melirik
Berlalu pergi
Mencari kisah masing-masing
Aku memang tidak melakukannya..
Membicarakanmu saat ini rasanya seperti
Minum air putih saat sedang tidak haus sama sekali
Namamu membasahi tenggorokanku, tanpa rasa
Tanpa sensasi apa-apa
Hanya sekadar berlalu, jejak pun tak ada
Apa ini? Aku kebingungan
Aku mati rasa?
Kau sudah pergi dari hati ku?
Benarkah?
Tapi jika kau sudah pergi.
Kenapa aku harus mencarimu sampai linglung?
Jika kau sudah tak ada,
Kenapa aku masih tersenyum saat melihat gambarmu?
Kau hanya sembunyi?
Atau aku hanya bosan ?
Kau, lagi-lagi hanya meninggalkan (?)
Merdeka adalah karya seni..
Berjuang adalah karya seni..
Aku lebih percaya seni kali ini..
Lebih umum tak pandang bulu..
Lebih polos tanpa topeng
Lebih luas tanpa sekat
Merdeka adalah seni
Menikmati melodi walau tak bisa bernyanyi
Menikmati lukisan walau tak mengenal kanvas
Seni adalah merdeka
Benarkah ?
Akibat semrawut kota
Tak sedikit pun kulihat bulan itu..
Orang berteriak merdeka di sana-sini
Benarkah?
Aku masih melihat anak-anak mengemis di perempatan
Masih ada juga penggusuran di pinggiran kota
Orang bilang bulan malam ini indah
dan Orang berteriak merdeka
Benarkah?
Lalu,
Apa aku juga harus bilang kalau bulan malam ini indah?
Sementara tak ada yang indah di langit yang kulihat malam ini
Apa aku juga harus berteriak merdeka?
Saat aku masih melihat orang-orang itu menangis karena hak yg terampas??
lalu, tiba-tiba kau datang
mengacaukan perputarannya
bahkan memutarnya ke arah yang berbeda
aku tidak nyaman..
kau membuatku seolah hidup di dunia lain..
di duniamu, bukan di duniaku
aku kewalahan..
dan kau, dengan lembutnya
menyentuh hatiku..
membuatku hampir pingsan
di saat bersamaan dengan itu kau membuatku ternganga
siapa kau?
dengan lancang mengubah hidupku.
Ah, tidak..
kau bahkan tidak pernah peduli dengan ada ku
aku yang mengikuti arah hidupmu
berharap menyatu denganmu
di tengah-tengah aku yang biasa
kau datang dan sungguh luar biasa
semua berpusat ke mana kau melangkah
lebih tepatnya, aku berdansa lagi..
harus berapa lama aku seperti ini?
aku tanya kau, dan kau diam..
aku tanya kau, dan kau masih diam..
aku tanya kau, dan kau berkata
: Tanya Tuhan Mu
Aku menurutimu..
aku bertanya pada Tuhanku,
dan kau tau apa jawabnya?
DIA pun diam
sama sepertimu..
Tuhan pun mendiamkanku..
kau dan DIA sama-sama diam
lalu aku harus seperti apa?
Aku mencintai mu
Aku cinta Tuhanku..
dan Kenapa semua yang kucintai hanya diam?
kau tetap berkeras menutupi rasamu..
tak sadarkah kau cinta mempermainkan kita?
dia membuat kita tak berdaya..
aku, kau..
kau bilang tak akan pernah ada kita..
karena jika bicara kita itu bukan akan menjadi
aku dan kau
tapi aku, kau, dan Tuhan
AH!
menyerahlah..
ku mohon..
kita sama-sama sakit
aku tau pasti hal itu..
kenapa kau terlalu angkuh
untuk sekedar meng-aku
jika aku ada dalam hati mu?
Kali ini bagai kulihat pertanda
meski diam-diam
aku tahu aku pasti menuju pada satu
Tuhan, izinkan aku bertanya..
aku tersesat pada mimpiku sendiri..
aku terlilit labirin harap yang terlalu
Tuhan, apakah Kau bersedia?
Khayalku terpaku tak meragu
Kulayarkan perahu rindu
Jemput ia nanti setelah adzan subuh
Sepertiga malam
Rinduku terengah-engah
Kau berlari terlalu cepat
Kuintip bintang dari sela tirai
Sementara Tanpamu
Tetap saja langit seolah bergambar kau
Dentang jam seolah detak jangtungmu
Hampir subuh..
Bulan sudah malu-malu
Efek kopiku sudah berlalu
Sayang, pikirku masih meluap akan kau
Baru kemarin kau pergi
Sepi sudah berjingkrakan girang
Suaramu masih di sini
Menemaniku menatap bintang...
Bukan bangsawan kaya
Bukan Putri Raja
Bukan Siapa-Siapa
Aku punya mimpi
Ku simpan dalam hati
Siapa tau nanti akan terjadi
Kurapal doa dalam sunyi
Aku biasa
Tak seindah bunga
Tak cantik merona
Tak manis merekah
Biasa saja
Tak perlu berpikir keras
Paras ku tak sebening emas
Sudah tampak sangat jelas
Aku tak begitu berkelas
Aku kenalkan pada dunia
Jika aku biasa saja
Bukan ingin merendah
Hanya inilah realita
Tapi aku punya mimpi
Aku sedang sibuk dengan Mimpi ini
Banyak orang berkata lirih
Tapi aku sudah tak peduli
Aku biasa
Cuma mau berkata
Kita lihat saja
Siapa nanti yang akan tersenyum bahagia
-------
NelangsAkUmuRindUntuKekasiHampiRenta
-------
AkuUtuSebuaHaraPadAngin
--------
NadInIngaTentanGeraKekasih
---------
HatInIngiNasiBaiKarenAdAkUntuKau
Membunuh setiap akalku yang mencoba kabur
Semoga malam tak bosan
Sebab kujamu ia dengan jutaan doa
03:25 Kutengadahkan ratusan, ribuan, bahkan jutaan tempayan
Kalaukalau Tuhan sudi mengisinya dengan restu
Agar bisa ku temui kau dengan senyum
Agar bisa ku peluk kau dengan restuNYA itu
03:26 Aku jatuh cinta pada hatimu
Sejak saat itu aku terus merepotkan Tuhan
Aku jatuh cinta pada jiwamu
Dan sejak saat itu aku terus merengek pada Tuhan
03:27 ...
03:28 Pagi sebentar lagi datang
Aku belum lagi bersiap-siap
Tempayannya belum terisi
Aku masih menunggu Restu
03:29 ...
03:30 Mungkin bukan sekarang
Mungkin besok, lusa, seminggu, atau setahun lagi
Ku biarkan tempayan itu tetap di tempatnya
Jangan bosan Tuhan, besok malam aku akan merengek lagi...
begitu manis..
malam ini ku lahap sepotong puding coklat..
tepat di saat hatiku sedang merindu..
Oh, terima kasih Tuhan..
pas sekali rasanya..
kombinasinya tepat..
manis dengan sedikit sensasi pahit
dingin dan begitu mengharukan...
sebentuk hati yang merindu
ditemani sepotong puding coklat..
lengkap!
Tarian Jemari Fitriyairy | 04/06/11 0 komentar
artinya, sudah setengah musim berlalu
namun, kertas itu masih terlantar kosong
sebenarnya, Tidak sepenuhnya kosong
ada beberapa bait di sana
padahal janji ku akan ada 77 bait yang tertata rapih
kau, sungguh membuat otak ku beku..
setiap inspirasi ku menjelma kau
sesungguhnya, dirimulah puisi itu
setiap gerakmu adalah bait-bait syahdu
setiap suaramu adalah lagu merdu
setiap senyum mu adalah irama candu
namun, semunta tak mampu kurangkai dengan kata
kau terlalu indah..
huruf-huruf bagai sembunyi di balik kata "kau"
selalu kau
terus kau
lagi-lagi kau...
dan kali ini,
lagi-lagi aku tersudut di jalan buntu
akibat rinduku pada sosokmu
sudah sejak tadi dia memanggil-manggil
terus kutunda
sebab aku masih ingin terjaga
masih ingin menyelami pertautan 13 bulan ini
Rinduku melebat
terus tersiram hujan air mata
jika tak juga kau temukan jalanmu di sini
berarti kita harus kembali ke awal sana
13 menit lagi..
Aku coba merajut doa..
ingin ku bungkuskan sebagai bekalmu di sana
sebab aku belum bisa turut denganmu
mohonlah pada Tuhan agar nanti aku akan berdiri tepat di hadapanmu
saat kau merasa mentari menyinari wajahmu
9 menit lagi..
aku terus menghitung mundur..
5 menit lagi..
semoga mimpimu indah...
semoga mimpi kita masih tetap sama
3 menit lagi..
kutanam bibit ikhlas
semoga besok dia bertumbuh
menjadi rela dan kuat
1 menit lagi..
ke mana pun kau pergi,
kutitipkan hatiku di saku mu..
30 detik lagi..
mau tak mau harus mengucap pisah
10 detik terakhir
aku sayang kamu...
Meresapi embun pagi dalam pelukmu
Menguping bisikan jangkrik lewat telingamu
Mencicipi lezatnya tetes hujan dari ranting-ranting rapuh
Aku rela tersesat di hutan itu bersamamu
Mereka-reka jalan mana yang belum kita tuju
Menebak-nebak dedaunan mana yang bisa kita ramu
Meraba-raba pohon mana tempat berteduh
Aku siap menjelajahi hutan itu bersamamu
Mengelilingi setiap jengkal yang kita mau
Mengejar mentari setiap kita ragu
Menatap bulan di saat kita saling rindu
Berlomba dengan mentari
Demi mimpi.. Demi Janji..
Sekarang Dini hari
aku terjebak dalam dentingan melodi
aku luluh, aku lunglai
Tak lama lagi
aku akan meniti jalan ini sendiri lagi
pegangan tangan kita akan terpisah lagi
Tak perlu sesungguhnya
kau pergi juga tak ada beda
hatiku tetap saja kau bawa pergi
tak kau akui,
tapi coba raba saku mu
hatiku sudah ada di sana
aku bahkan lupa kapan kau mengambilnya
Pergilah.
tak akan ku tahan
bukankah sejak awal kita memang saling jatuh cinta karena jarak?
lalu apa yang harus ditakutkan?
Jarak itu yang akhirnya membuat rinduku menggebu
Jarak itu yang akhirnya membuat mataku berkaca saat melihatmu
4 bulan genap bertaut tak mengapa
Pergilah, jarak itu yang akan membuat cintaku kuat...
Janji...
terang polos dan indah
sedang aku, sudah berdandan menor
tapi tak jua terlirik sudut mata orang-orang.
mencoba membaca maksud bulan yang begitu cerah
aku berlari sambil mendongak
terpesona pada yang begitu tinggi di sana
Terang sungguh bulan malam ini!
silau pun kualami malam ini..
Ah, aku tersesat pada senyum mu
Senyum itu terlalu manis namun terlalu rumit.
Bukan kata TIDAK...
aku tak mau berprasangka buruk pada NYA..
Telunjuk Tuhan belum lagi menetap
Entah kapan dan di mana telunjukNYA akan berhenti
Mata ku masih terjaga,
Kau Tidurlah dulu sayang..
Aku yang akan menunggu..
Menerawangi malam, menjelajahi siang..
Belum juga kudapati telunjuk itu berhenti..
Tuhan belum menemukan tempat yang terbaik sepertinya..
Dia masih memilihkanmu tempat yg baik sayang..
Sabar saja ya..
Dia kan mencintaimu..
Jangan pernah ragukan cintaNYA
Telunjuknya berputar-putar..
Kutebak sepertinya tempat indah itu cukup jauh
Tidak mengapa sayang,
Asal tempatnya indah dan kau bahagia..
Belum..
Belum Tuhan tentukan di mana tempat itu,
Jika esok kau terbangun,
Kita akan berjalan lagi,
Mengikuti telunjukNYA itu..
besok pagi saat kau terbangun tidak usah bangunkan aku yah..
aku begadang malam ini..
bukan untuk apa-apa..
aku hanya mencoba menuliskan sedikit mimpi ku tentang kita..
Sayang,, selamat istrahat..
besok saat kau sarapan, tak usah menungguku di meja makan..
aku tidur baru subuh tadi..
bukan karena apa-apa..
aku hanya sedikit eksperimen di dapur untuk bekal mu di sana..
Sayang,, selamat bermimpi..
besok saat mulai melangkahkan kakimu ke luar dari pintu
tak usah pamit padaku..
aku sudah mengecup keningmu tadi subuh..
itu tanda aku sudah memberi restu kepadamu..
pergilah sayang.. lanjutkan mimpimu di sana..
Sayang,, maukah kau sekedar menyebut namaku saat kau sudah sampai di sana??
*untuknya, semoga jalan kali ini dimudahkan..amiin*
seolah lagu itu memang telah dinisbahkan
untuk mengenangmu..
Lagu itu lagi, Dek..
seolah sebuah cenderamata wajib
untuk mengingatmu..
Walau disenandungkan untuk orang lain
yang teringat tetap dirimu..
lagu itu lagi, Dek..
lagu itu lagi..
dan kau, seolah tersenyum lagi padaku petang ini...
masih jenuhkah kau?
tak ingin kau bercerita padaku, sayang?
aku siap mendengar apapun yg keluar dari mulutmu..
Sayang..
jenuhnya tak hilang?
kau ingin pulang sayang?
Sayang..
tak inginkah kau bercerita tentang perjalanan kita sejauh ini?
tentang tawa kita kemarin..
tentang emosi kita tadi pagi..
Sayang..
aku tak ingin kau pulang..
(jujur)
genggam tanganku sayang, mari berjalan lagi..
Ujung jalan sana mungkin indah, Sayang..
Mau sayang?
Masih jenuhkah sayang?
Jika memang harus pulang..
ijinkan aku, menangis sebentar..
agar aku kuat memegang mu sampai di awal jalan..
Sayang..
jika aku menangis di perjalanan pulang..
maukah kau menyeka air mataku?
Dia cantik yah?
dia juga baik..
sayang..
aku cantik tidak?
aku baik tidak?
Sayang..
Dia memang cantik..
Dia juga baik..
jauh yah sayang dari aku?
Sayang..
Dia Cantik!
Dia Baik!
Sayang..
Aku Cemburu!
mau main berandai-andai denganku?
andai aku seekor burung, lalu terbang meninggalkanmu..
akankah kau mencariku sampai ke langit tinggi?
andai aku seekor kucing lucu yang pergi dari kasur empuknya..
akankah kau mencariku sampai ke lorong-lorong sempit?
andai aku sebuah dompet kesayanganmu..
akankah kau mencariku sampai lapor ke kantor polisi?
sayang..
andai aku benar-benar pergi dari hidupmu..
akankah kau mencariku sampai ke dalam hati mu yang paling dasar?
Sayang..itu semua andai..
semoga tak terjadi..
tapi, jika terjadi..
akankah kau mencariku sayang???
kita baru di kilometer tengah..
belum juga jauh...
kau ingin pulang ke awal sayang?
mungkin saja kau jenuh...
ku bawa kau terlalu jauh..
dengan berbagai tuntut ini itu...
kau jenuh sayang?
mari istirahat sebentar..
itu ada pohon rindang..
tidur lah dipangkuanku..
biar kubelai rambutmu..
tidurlah sejenak..
agar jenuhmu hilang..
(semoga)
jika tak hilang..
akan ku antar kau pulang..
tepat di jalan di mana tanganmu pertama kali ku genggam...
mengajariku santun sejak awal ku putuskan
untuk menyanyikan lagu tentangmu...
Umur pertemuan kita memang belum lagi panjang
tapi, setiap tulisanku seolah sudah kau kontrak..
Ah! setan nakal pun mulai menggoda,
tapi tenang saja.. namamu akan tetap aman di hatiku..
sebab, namamu memang punya nafas..
dan hidup di hatiku...
Rakyatnya hampir tiap hari mengeluh
Entah karena harga mahal, ataupun
karena tak berhak atas hakya (?)
Jangankan rakyatnya,
Pemimpinnya saja mengeluh..
Entah karena katanya diteror,
ataupun karena katanya haknya kurang (?)
Negeri ini sakit parah..
Rakyatnya serba kekurangan,
padahal katanya negeri ini kaya..
Jangankan rakyatnya,
Pemimpinnya saja kekurangan..
Kurang Malu (!)
Padahal, katanya negeri ini punya banyak malu (?)
Sudah kubilang negeri ini sakit parah..
Rakyatnya banyak yang jadi pengemis..
Jangan kan rakyatnya sih..
pemimpinnya saja memang suka ngemis koq (!)
Ada kau di sela bisik-bisik angin tentang rindu
Menyimaklah rumput yang kedinginan
Ternyata hati kita masih berbincang
satu kata yang sama : "Rindu"
Hanya terdengar oleh diam
Dan oleh dini hari yang berdansa
tanpa musik..
Dan kita berdua,
Terikut arus alam bawah sadar,
Namun, masih tetap berpegang tangan...