Rumah Biru Berhias Perak

16/12/09
perak sudah yang membesarkan kita...
namun,, tetap biru yang dia wariskan pada kita..
semoga bisa kita wariskan pula birunya
pada semua yang terlahir dari rahimnya...

sebuah rumah dia bingkiskan
sebuah tanggungan tepat dipundak anak-anaknya
bukan menuntut akan balas untuknya
sekedar sadar akan cinta yang telah diberinya

sebuah cita-cita di usianya
harap bisa menumbuhkan segala cinta
yang tak hanya sebatas nama dan persinggahan sementara
tetapi cinta seluas samudera biru dan langit biru yang menaunginya

pada kanda ku ucap terima kasih
pada kawan ku sampaikan ajakan
pada dinda ku minta segenap cinta
pada semua ku ulurkan tangan

mari berjalan bersama
berkarya bersama
menghadirkan cinta
di dalam rumah biru berhias perak



Buat Semua keluarga2 ku di IMMAJ..
di 25 Tahun IMMAJ tercinta

tertinggal saat berkhayal

07/12/09
sedikit cerita yang ada
namun muncul rasa yang tersisa
terpupuk khayal yang sedikit memaksa
akhirnya menjadi ikut terbawa-bawa

banyak cerita dari khayal
berbuah harap akan kekal
namun sayang hanya sebatas kenal
dan semoga tak berakhil sesal

namun, lagi-lagi tertinggal
di sebuah tanggal saat sedang asik berkhayal
mungkin tak seharusnya merasa apa yang kurasa
sebab yang kurasa belum tentu dia rasa

yah,,ini aku..
orang yang tertinggal saat berkhayal
yang hanya bisa merasa sepihak
sedang rasa ternyata tak berpihak...

beberapa malamku

25/11/09
beberapa malamku kuhabiskan untuk memandangi seseorang yang mungkin kau dambakan..
beberapa malamku kuhabiskan utk mencari tau sperti apa orang itu...
dan beberapa malamku kuhabiskan utk menyesali keputusan yang dulu itu...
akupun menjawab sendiri serangan-serangan Tanya ku sendiri

kadang sejenak saya sadar dan berkata,,tdk ada gunanya lagi...
kadang juga ku pikir harus bertahan..krn suatu hari kau akan sadar...
kadang akhirnya berkata: “ dia mmg jauh lebih baik dariku”
dan yang paling sering muncul sesungguhnya adalah Tanya,
: kenapa dia dan kenapa bukan aku???

beberapa malamku kuhabiskan dengan kebingungan dan bertahan utk tdk mbiarkan bendungan mataku jebol dan dibanjiri air...
yah,,beberapa malamku kuhabiskan untuk sedikit memberikan mu ruang
dalam hatiku.

apa kau masih muda???

28/10/09
masih muda kah kau?
sebab kulihat kau mengeluh
kala matahari memamerkan terangnya...

masih mudakah kau?
sebab kudengar kau menyerah
ketika diberi tugas menanggung harapan

masih mudakah kau?
karena kusaksikan kau acuh
terhadap segala sakit orang kecil

coba tanya pada dirimu...
jangan tanya pada cermin
sebab cermin hanya menjawab mu
lewat raut wajah tanpa keriput
yang jadi ukuran mudanya...

coba tanya pada hati mu
jangan tanya pada penanggalan
sebab tanggal hanya menjawab mu
dengan hitungan-hitungan hari
yang kau rayakan dengan foya-foya

apa kau masih muda??
sebab ku perhatikan kau tertunduk lemah
dan menampilkan segala ciri dari orang tua..

terhalang sungkan

hasrat sudah ada
niat sudah terpatri
namun ada sungkan di antara

sapa sudah terpikir
tatap sudah tertangkap
namun ada jaring di langit-langit

suara saling terkait jaring
emosi juga masih dibatasi
memang sungkan yang tampak
memang sungkan jadi penghalang

sungkan aku menyampaikan
sungkan aku menyapa
sungkan aku bertanya
semua terhalang sungkan

Nyata Tanah

16/10/09
kataku merangkap dalam gelap
memancing agar bisa cepat kau tangkap
bagai berlari nafasku terengah pelan
mengejar pahaman darimu yang terharapkan

begitu banyak langkah menyaingiku
mengendap-endap mencari setapak terdekat
sebuah jalan pintas untuk merapat
bergerilya, berbaju daun dalam hutan
begitu waspada agar tak ketahuan

aku bersembunyi di bawah bulan genap
jangan kau cari aku di atas
sebab aku tidak berdiri tegap
hanya berbaring di sepanjang jalan
aku menjadi alas kehidupan
juga terkadang menyamarkan kebohongan
begitu banyak yang tersembunyi dalam gelapku
tapi kuharap bisa menopang di sepanjang jalanmu...

Air

kenapa belum terpahami??
padahal sudah begitu terjelaskan
kenapa tak juga dimengerti?
sementara aku sudah sangat sering bernyanyi lagu ini

mungkin bagimu ini adalah sebuah lelucon
tapi bagiku, ini jelas sebuah pengakuan
bahasa jelas saja tak mampu kau tangkap
apalagi jika itu bahasa tak jelas.

kau terpahami sebagai air bagiku
air yang kadang tenang, kadang beriak,
kadang bergelombang...
hanya dari tampakan luar ku tahu kau begitu

sementara aku tidak akan bisa paham
sebenarnya kau itu seberapa dalam
sebab aku hanya tanah yang memendam
yang mencoba mengerti air luar dan dalam...

Sudah Biasa

12/10/09
sudah biasa menginjak duri
harusnya sudah tak terlalu tersakiti
sudah biasa tertimpa tangga
harusnya sudah bisa sedikit mengelak

sudah biasa harusnya bisa jadi tameng
menghalang segala mungkin akan sakit
namun sudah biasa tak memberi ajaran
sebab sakit masih juga membisik

terlalu bercanda jadi sebab
semakin dalam jadi akibat
namun tak sadar masih jadi nyata
padahal semua sudah dijelaskan

bermain-main sudah biasa
serius juga dianggap biasa
semua sudah luar biasa
lagi-lagi yg terpahami adalah biasa

sulit di rumah sendiri

Tertatih-tatih, terinjak-injak…
Berdiri sulit di tepi tanah sendiri
Melawan dengan sedikit suara
Ada baiknya, daripada pasrah akan jeleknya

Tanah sendiri harus dibeli
Rumah sendiri harus disewa
Siapa pemilik sebenarnya?
Apa karena terlalu ramah sehingga diperdaya?

Kaum muda korban tak sadar
Kala indah materi menyilaukan mata
Leher tercekik tidak terasa
Saat cekikan menyamar kalung lapisan emas.

Hitam menang kala putih lemah
Mau terus begini atau berubah?
Jaga adil berdiri di tengah
Agar merata rasa yang tersedia

Hanya Bertemu Di Dua Masa

23/09/09
Kita hanya bertemu di dua masa
Masa di mana aku datang & kau pergi
Juga masa di mana kau datang & aku pergi

Mungkin sudah takdir ditentukan,
Atau hanya sebuah kebetulan
Kebetulan yg sampai skarang terus berulang

Dulu pun begitu,
Kita hanya bertemu di dua masa
Di bus ketika pergi, kala pertama aku melihat punggungmu
Dan di bus ketika pulang, kala pertama aku melihat wajahmu

Mungkin kita memang diciptakan untuk bertemu di dua masa
: masa di mana kita ditakdirkan berpisah untuk dipertemukan
Dan masa di mana kita kita ditakdirkan bertemu untuk dipisahkan...

Menyembunyikan Benar

09/09/09
aku tengah bertopeng karang
Kala kuteriakkan bohong yg menggema ruang
Sgala ucapan takkan kutukar dari sebuah pemberian Tuhan dengan bisikan iblis penuh benci menari

Ku sulut api hitam agar menyebar seluruh asap
Menyelubungi setiap celah yang mampu membisiki
Kutiupkan angin empat penjuru menerawang ke semua arah
Agar tersamar segala abu kayu yg terbakar

Masih ada perih, masih ada pula lembut
Ku hanya tak ingin disapa lemah
Gengsi kubuat jubah menutupi segala
Jujur kubungkam dengan lakban hitam jelaga
Takkan kuubah segal perintah Sang Cinta
Menjadi segala bisikan iblis penuh benci!

Sekali lagi,
Hanya saja aku tak mau disebut kalah..
Walau sungguh,, kau memang sudah menang sejak awal!!
Aku hanya ingin sedikit menyembunyikan benar...

Aku kali ini

31/08/09
Jangan menyambung benang yg putus
Sebab aku kali ini adalah aku sendiri
Aku bukan dia lagi
Diapun bukan aku lagi

Jangan mengaitkan rantai yg patah
Sebab aku yg di sini adalah aku yg sendiri
Dalam aku tak lagi ada dia
Dalam diapun tak ada lagi aku

Biarkan layangan putus itu pergi
Dihembuskan angin yg setia menemani
Biarkan burung bebas itu terbang
Mengepakkan sayap yg terkembang

Sebab aku yang kini adalah aku yg mandiri
Aku bisa tanpa dia
Dia pun bisa tanpa aku

Tak Pernah Berhasil

12/08/09
masih mencari-cari
seperti apa insial diri
harus kiasan atau jujur lurus saja
tiap kali menagndung kata-kata
ku selalu bingung mau melahirkan apa
identitas untuk anak-anakku masih kabur

tak terkecuali kelahiran hari ini
semuanya masih berkabut
ingin seperti para guru-guru itu
tapi anak-anak yang lahir tak begitu

ingin begini, ingin begitu
mau ke sana, mau ke situ
anak-anakku tak mendukung
akhirnya tak pernah berhasil

tak pernah berhasil menjadi ekor
kebingungan di setiap ujung
mau dididik seperti para suhu
sayang anak-anakku tak begitu mampu!

Beritanya......

Beritanya....
merak itu tutup usia
banyak yang menyumbang air mata mengingat ceritanya
jarak ku dari merak itu entah
berapa tahun cahaya
dia begitu indah kala terkembang ekornya

katanya....
merak itu tutup usia
bagiku tidak begitu juga
aku memang bukan siapanya
hanya seekor pipit yang mencoba bercerita

hutan kata punya banyak makna
salah jalan akan tersesat
benar jalan akan melesat
keindahannya diukir oleh Sang Merak
walau tutup usia menurut mereka
ekor indahnya tak pernah pudar olehnya

Satu Lagi

satu lagi guru gugur dari pohon kehidupan
satu lagi bapak pergi dari anak-anaknya
belum sempat anak anakku menemuimu
kau sudah membelakangi duniaku

kulepaskan anak-anak kataku
untuk mengiringi langkahmu menuju surga
bukan karangan bunga untukmu
hanya goresan sebagai bukti kagumku

malu sesungguhnya menyertai anak-anak ku
tak pantas berjalan beriringan dengan dirimu
apalagi jika bersanding dengan anak-anakmu
anak-anak ku kecil lagi dangkal selalu

satu lagi anakku lahir hari ini
masih disertai malu untuk berdiri
satu lagi panutan kembali pulang hari ini
masih disertai malu aku memberi ini

Tertinggal Di Zamanku

banyak yang pergi pada zamanku
meninggalkanku, meningglakan zamanku
mereka punya zaman sendiri
tapi tetap melalui zamanku
dan aku....
tertinggal di zamanku sendiri
akibat lalaiku aku terjatuh
akibat acuhku aku merapuh
zamanku dilukis oleh orang-orang
selain aku
dan akhirnya aku.....
terbuang di zamanku sendiri

Fiktif

11/08/09
fiktif...
menanti damai bagai dongeng anak kecil.
menandai setiap jejak dengan mimpi
cerita...
bermain dengan khayal tak nyata
bergulat dengan cuaca yang seolah-olah mendukung
sembunyi...
berjaga-jaga menanti harap segera datang tak terduga
mengintip setiap langkah kaki yang terdengar
nyatanya...
tak ada yang berubah dari tempat hidup dan bertumbuh
semua tampak sama dalam kesusahan mencari damai

Bertutur Pada Kertas

25/07/09
aku bertutur pada kertas
lewat bisikan gores pensil
otakku mengandung malam ini
ingin melahirkan walau tak disertai bidan

satu-satu anak kalimat lahir
berebut ingin jadi yang tertua
berserakan di atas ranjang kertas
mencoba ku atur dengan mata

berdesak-desakan dalam rahim otakku
ranjang kertas sudah siap dilahiri
hanya saja sangat sakit melihat mereka bersiku-sikutan
dan akupun lelah menjaganya

aku bermohon pada kertas
lewat goresan doa dari pensil
mataku begitu lelah malam ini
: tolong jagakan anak-anak kalimatku di ranjang kertas ini....

Kau Ku Undang Ke Pesta Itu

kau ku undang ke pesta itu
bawakan aku wajah riangmu untuk cairkan beku
ikutkan bersamamu sebuah seruling bambu
untuk menjauhkan pilu

kau ku undang ke pesta itu
bingkiskan aku sebentuk senyum untuk menanggalkan rindu
sertakan dengan kedatangan mu biduan bersuara merdu
untuk menghibur para tamu

kau ku undang ke pesta itu
hantarkan segala sesuatu yang bisa merayu hatiku
gandengkan setitik bahagia dari dalam hatimu

tapi kumohon satu darimu
jangan kau ajak sendu di belakangmu
sebab apa guna pesta jika sendu hadir untuk mengganggu

maafkanku pada Kekasih-MU

21/07/09
tertahan nafasku mendengar keagungan Beliau
bagai menusuk dalam relung batin yang lugu

ah,,bukan lugu Tuhanku....
tapi kacau,,kacau yang ada dalam relungku

rasa menyesal menyeruak
menghapus segala alpa akan Beliau

ada banyak kata tertahan
ada banyak sesal yang mendesak

kenapa tak bisa seperti mereka
kenapa tak bisa menjadi pengagum Beliau

hanya bisa mendengar
hanya bisa ternganga....
hanya bisa berucap dalam hati....
maafkan aku Kekasih-NYA...

Pengecut Gila !!!

19/07/09
kau taburkan benih fitnah
di setiap hati para saudaramu
kau ukir sebuah kelam di wajah musuh-musuh mu
walau jujur aku sendiri tak mengerti awal perang kalian.

kau kibarkan bendera perang itu begitu saja
dan kau memgundangku untuk jadi prajurit perang mu
namun, maaf saja untuk itu
aku sedang ingin menjadi tembok penengah saja

kau sebarkan begitu banyak senjata
hancurkan begitu banyak hati dengan dendam mu
namun sayang,,,
kau pasang wajah manis tiap kali berada di ranah perang
kau selalu ingin bergerilya..

aku tak tahu mau menyebutmu dengan apa....
masihkah kau saudara atau sudah jadi musuh juga
tapi entah hatiku terdorong oleh apa..
sampai berani menyebutmu PENGECUT GILA!!!!

Kepalsuan penutup kelemahan

14/07/09
kurangkai huruf-huruf palsu
menggambarkan cuaca yang mendukung
menanggalkan jejak-jejak kesedihan yang terkungkung
di sebuah lembah yang tak berujung

kubisikkan pada angin tentang sebuah cerita tak menarik
masih mencoba menyamarkan kepalsuan yang kugenggam
tentang tanah yang tak boleh terpijaki
sebab angin memang tak pernah memijak padanya

kulukis sebuah taman penuh bunga
dengan wangi-wangi indah mengundang kupu-kupu
walau sesungguhnya berbenih racun
bagi kumbang tak berperi padanya

kutuliskan huruf-huruf palsu
semua demi hati yang tak kunjung jauh dari pilu
demi senyum dari bumi penutup kelemahan
demi acungan bagi kekuatan....

Di Hujan Pagi Ini

Di hujan pagi ini
mencengkeram dingin yang kurindu
memaksaku meringkuk di bawah kain yang tak membantu

angin di hujan pagi ini
memberiku rindu yang yang kuat pada sebuah mimpi
memaksa mengingat pada langkah-langkah
di bawah gerimis menitik pelan-pelan

jejak-jejak itu telah tertutup debu
sehingga kutak tau lagi maksud hati itu

Di hujan pagi ini
membuatku tau akan rinduku
pada ingatan akan hujan malam itu

Pesta Itu Sudah Usai

pesta itu sudah usai
kursi-kursi mulai ditata rapi-rapi
ekspresi wajah-wajah kini berdiri
menghitung amplop-amplop yang kembali
ada yang isinya sedikit ada yang menari-nari

pesta itu sudah usai
tamu-tamu sudah pergi
meninggalkan jejak-jejak kaki
di tengah-tengah padang janji-janji
mereka tak sekedar pergi
tapi tetap menanti
agar jejak-jejak mereka bisa terpahami

pesta itu sudah usai
hanya meninggalkan mimpi-mimpi
bagi dua mempelai lain beserta tamu-tamunya
dan tertinggal sampah berduri
bagi orang-orang yang tak peduli

sedang bagi memepelai yang terpilih
semuanya adalah hidup baru yang harus diarungi

pesta itu sudah usai
semoga ada hadiah pertanda terima kasih
pada tamu-tamu yang berharap dipahami
pada amplop-amplop yang berisis tagihan janji
pada bunga-bunga yang menebarkan wangi...

Aku dan Awan

03/07/09
ada sesuatu antara aku dan awan
berdesir di antara pasir
sama-sama berbisik pada angin

aku dan awan saling berprasangka
sedikit kebingungan harus menebar apa

lewat hujan itu tersampaikan
kusediakan rumput untuk jadi basah awalnya
tapi kini biar ia meresap jauh
saling berbisik dalam-dalam
tentang desiran pada dia yang dulu begitu terharapakan

ada sesuatu antara aku dan awan
biar tetap berdesir di antara pasir
walau yang tertiup angin kini hanya bisikan
bisikan lirih pada dia yang dulu begitu terharapkan

sebelum pesta itu

empat hari sebelum yang mereka sebut pesta itu akan terjadi
mereka menebar bunga-bunga lewat mulut mu
anak-anak mu menyebar ke pelosok
merayu-rayu berbangga-bangga
berseru-seru pada setiap yang melintas

tanya-tanya besar masih meresap
belum yakin pada harumnya bunga-bunga yang kau tebar
betulkah itu?
benarkah begitu?
pakah akan seperti itu?

yakinku belum mau memilih
jariku belum berniat menunjuk apa-apa
meragu-ragu menggeleng-geleng
berlari-lari menjauhi bicara pada satu pilihan

akankah berubah jadi lebih sempurna?
atau kembali menanti seperti kemarin-kemarin.....

Lalu kemudian Maju

19/06/09
di tengah-tengah dalam temaram
di atas riuh di bawah sorak
sekeliling bergema teriak entah senang atau sekedar meracau

layar bercerita tentang sebuah hidup
sedang kepalaku sibuk bercerita tentang lalu
hanya lalu yang beradu

kenapa harus memikirkan lalu?
harusnya aku berpikir tentang maju..
lalu hanya menyisakan luka yang seharusnya berlalu
sementara aku tak mampu membiarkan diriku maju selangkah menuju baru

berhentilah menengok hal-hal yang telah lalu
biarkan ia melaju bersama waktu
dan biarkan ragamu mencicipi masa itu
masa yang menunggu untuk dituju

tapi ragu juga mengganggu
menari-nari cobaan mengutuk pilu
hah!! jangan terganggu
terus hati kubisiki untuk menjauh

ayo pikirkan tentang hidup maju
melangkah mundur ke masa lalu adalah dungu
menanti masih kuberi sedikit izin
walau tak lagi kubisiki pada angin...

Terburu Waktu

17/06/09
terburu oleh waktu....
godaan untuk mundur datang satu-satu...
tak ada sempat untuk berpikir mundur...
sebab aku sedang ingin bertempur...

jangan merayu wahai lelah...
izinkan aku kali ini untuk menjauhi patah...
semuanya dikarenakan sebuah alasan...
kuingin membuat suatu kenangan bagi kehidupan...

kenangan yang bisa kusapa ketika renta...
kenangan yang bisa kubingkai dalam nyata...
agar tak lagi hanya ada mimpi...
agar ku tak sekedar berdiri menanti...

Rahasia Tanah

28/05/09
sesuatu itu tak boleh kau tau!
orang lain juga tak boleh!
sesuatu itu tak mesti kau paham!
orang lain juga tak mesti!
cukup di sin itu tersimpan
aku bukannya mau menjadi pelit
tapi biarkan ia menjadi sesuatu
sesuatu yang tersimapan bagi
: angin hujan air dan langit...

biar angin tak juga ku bisiki
biar hujan tak ingin ku resapi
biar air tak pun ku genangi
biar langit tak lagi ku gumami
sebab ini sesuatu...
sesuatu yang ingin kusimpan sebagai rahasia
bagi tanah, yang pandai memendam...

Berulang-ulang, berkali-kali

satu bulan, satu bulan
dua bulan, dua bulan
tiga bulan, tiga bulan
...
menanti-nanti
merenung-renung
berharap-harap
semoga tak mati-mati
...
relung-relung bertanya-tanya
akan mimpi-mimpi
berornamen janji-janji
...
aku dan kau, sendiri-sendiri
mencoba mengukir masa-masa
memperhatikan orang-orang
...
itu akan memakan waktu-waktu
berhari-hari
berminggu-minggu
berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun...

Pengkhayal Pagi

Lagi-lagi
kucoba merangkai isyarat tampak
menggabungkannya dengan asumsi pribadi
tersenyum-senyum
menikmati khayal sendiri
menabrakkannya dengan nyata ilahi
pagi-pagi...
pengkhayal pagi
seperti sebelum-sebelumnya
masih saja memikirkan diri sendiri...

Kebiasaan Menunggu Pagi

Menunggu pagi...
Berlari bersama pikiran
kami mencoba mengukir sebuah sejarah
mimpi-mimpi
begitu tinggi
sementara orang tua juga mengejar
mencoba mematikan
menerka-nerka
meraba-raba
semua demi membangkang
bangkangan bagi larangan
sebab, menunggu pagi
masih menjadi kebiasaan kami
untuk merangkul mimpi...

21 tahun

05/05/09
21 tahun sejak darah mengiring dari rahim
Bergabung dalam sebuah sosok yang menua tiap detiknya
Kini menua dalam hitungan tahun
Berjalan mengarungi labirin kehidupan menuju kebahagiaan
Terkadang terjatuh dalam kebodohan
Kini sudah 21 tahun
Saatnya memilih menjadi selayaknya menjadi
Kini sudah 21 tahun
Waktunya menanti kapan akan pulang lagi…

Muara Patuh

Kau mencoba memahaminya
Bahkan meminta bantuan pada khaliknya
Aku ingin sekali membusungkan dada dan berkata :
“rasa ku lebih kuat atasnya!!!”
Tapi tak adil mengakui rasa sepihak.
Yang kuharap bahkan lebih dari yang kau harap
Walau sudah kuwujudkan setengahnya
Dan seperduanya lagi masih berbingkai hitam
Tergeletak di ruang khayal.
Tapi terserahnya saja
Aku mengangguk patuh untuk tiap putusannya
Tak ikhlas harus disembunyikan rapat-rapat
Bagai sebiji kapuk dilemparkan ke laut.
Biar terhanyut menanti sebuah muara patuh lainnya.

Isyarat Tak Sampai

Terdengar awan mencoba menutupi pandanganku pada langit
Bersiul-siul riang angin tersenyum tanpa makna
Rumitnya sebuah perasaan tercampur dalam hati yang dibakar api
Tak ada yang harus dihukumi
Juga langit yang tak salah memilih bintangnya
Awan pun tak salah…jangan menghukuminya
Sebab posisiku kalah darinya
Jangan coba membakar api dalam otakku
Sebab air yg kuharap, seakan tak melihat asap yang menjadi isyarat
Isyarat tak sampai pada keduanya, langit tak paham tatapan tanah…
Dan air yang tak melihat isyarat asap di atas tanah…

Kosong

04/05/09
Menyusuri lorong gelap menua oleh bulan
Kadang terpeleset kiri ataupun kanan
Disela-sela nafas aku teriakkan sebuah panggilan
Kadang sadar kadang tak sadar
Terdengar tanya begitu banyak
Kenapa mereka harus bertanya dan Kenapa masih bertanya?
Padahal mereka tau….mereka paham…
Jawaban atas panggilanku, seperti biasanya:
Tak tergambar ,
Tak terucap,
Tak terdengar…
Sebab semuanya kosong…

Tanpa inspirasi sebab kehilangan inspirasi

02/05/09
Tanpa inspirasi coba kurangkaikan simbol-simbol
Merubahnya menjadi tersusun dan terpahami
Dan kucoba bermain petak umpet dengan pikiranku
Dan juga dengan pikiranmu…

Kehilangan inspirasi menginspirasi akan bentuk telepati
Menyebut nama yang biasanya dalam hati
Dan kucoba bermain kejaran dengan rasaku
Dan berbisik pada angin

Sebab angin paling sering ditanyai
Jadi ku percaya angin untuk menyelinap di celah-celah
Dan kucoba bertaruh bertahan dengan hatiku
Dan kuharap begitu juga hatimu…

Aku Perempuan!!!

16/04/09
Aku perempuan!
Trus, kenapa kalau aku perempuan??
Apa bedanya aku dengan yang bukan perempuan??

Aku memang perempuan!!!
Lalu, apa masalahnya jika aku perempuan??!
Di mana letak susahnya ketika aku perempuan??

Aku perempuan…
Dan ada apa dengan perempuan??!
Kenapa jika aku perempuan??!
Kenapa tidak boleh ini jika perempuan?
Kenapa harus itu kalau perempuan?

Aku perempuan!!!
Dan selamanya akan tetap perempuan!!!

Terjemahkan Isyarat Itu

05/04/09
Terjemahkan isyarat itu!
ku mohon bantu aku untuk memecahkan kode hati itu!
jangan membiarkan ku buntu...
tidak perduli apa artinya,
walau itu akan membuatku berhenti berjalan...

masih sangat berpikir

Kau di tengah cinta kini hati???
ingin ku ucap selamat
sebentuk senyum coba kuukir
walau sungguh ku masih sangat berpikir

aku terus mencoba menerjemahkan isyarat
sebuah pertanda yang sungguh begitu berkabut

apa ini??
sebuah usaha membuatku kalut?
atau menghempaskanku lagi di lembah tak bertaut?

sebuah biasa coba ku tunjukkan
Namun,,,aku sungguh masih sangat berpikir...

Sekali Lagi, Seperti Biasa

02/04/09
Sekali lagi, seperti biasa
kuselami wajahmu dari sisi ini
dalam diamku, dalam diammu...

Sekali lagi, seperti biasa
ku coba dengan sok tahu memahami gelisahmu
dalam pikirku, dalam pikirmu...

Sekali ini dan tak biasa
kulihat ada emosi pada lelah paras mu...
dalam usahaku, dalam usahamu...
keduanya terselubung!

aku cemburu kemarin malam

29/03/09
kemarin malam kulihat mimpiku tersenyum pada sesuatu
dan aku cemburu karena itu...
aku cemburu pada sesuatu yang kutak tahu apa itu

kemarin malam aku benar-benar cemburu
sebab mimpiku tersenyum pada yang lain...
entah yang lain apa yang begitu menggemaskan

jelasnya, aku cemburu kemarin malam...
cemburu sebab mimpiku terenyum pada yang lain
sementara ada aku dihadapnya namun tak dapat sedikitpun senyum darinya...

Mencoba Untuk Lebih

17/03/09
Mencoba menulis lebih banyak malam ini
Malam di mana rindu begitu bosan menjadi potensi

Mencoba berpikir lebih dalam kali ini
kali di mana rasa ku begitu sulit terdefinisi

Mencoba menerjemahkan lebih jauh dalam tulisan ini
Tulisan di mana aku ingin bercerita tentang mimpi yang tak terrealisasi

Dan Aku mencoba lebih keras hari ini
Hari di mana hati bertaruh di antara dua mimpi

Takdir selalu lebih mutlak

16/03/09
Aku mengabaikannya…
Menganggapnya biasa saja pada rasa ku
Aku menolaknya
Menyusun pikiran benci untuk pelarianku

Aku dalam keadaan menghitung
Menghitung akibat yang belum datang
Aku dalam keadaan khawatir
Khawatir akan seberapa dalam rasa akan yang mengakar

Hah!!
Jangan mendahului Tuhan…
Aku tak mau lagi mendahului NYA
Oleh aku yang tak sebanding
Takdir selalu lebih mutlak menang…

kecuali

15/03/09
pagi senang
siang sedih
malam tangis

ya...selalu terulang

tapi ada kecuali

kecuali kulihat kau

kecuali kulihat langit biru

jadinya...
pagi senang
siang senang
malam bermimpi

pagi terburu

05/03/09
suara roda dua menderu berlomba di telingaku
saling mengejar di tepi pepohonan kampus yang termangu
matahari telah mendahului kaki yang berlari
sedikit lagi...
ya sedikit lagi kami kalah dari tidur
sedikit lagi...
sedikit lagi kami ditinggal oleh cita

inilah kami...
orang yang sedang terburu-buru pagi ini
ya, inilah kami
orang-orang yang terlena oleh tidur
dan lupa bangun untuk mengejar mimpi

dikejar emosi

menarik diri dari damai
kupilih itu untuk hati hari ini
mengkerutkan dahi pada setiap manusia yang mengganggu

tolong jangan ganggu apapun yang ku lakon saat ini
sebab ku tengah dikejar emosi
melirik sinis pada segala nyata sekitar

inilah aku hari ini
nyata yang tak berpihak membuatku kesal tak berbendung
rusak hati hari ini, rusak akal juga menanti

tak peduli celoteh dunia
aku hari ini memang lagi terpuruk
tak berdaya dikejar emosi

sedang tak punya inspirasi

02/03/09
sedang tak punya inspirasi
didera alasan tak berarti
mengamuk di tengah ramai tak berpenghuni
bernyanyi dalam diam dengan hati

kepala terisi penuh konsep acak
mencoba menyusunnya dengan nikmat
namun fisik tak begitu hikmat
selalu saja bermimpi dalam niat

huhhh...
sedikit mengeluh jadi kawan kini
terus mencari sedikit inspirasi
walau hati sedikit merintih
akibat terpaksa oleh kondisi...

cerita emosi

18/02/09
emosiku sedang memuncaki akal
kala kau datang dan membawa sesuatu yang tidak kusenang
aku tak mungkin marah pada engkau
sebab ku bukan orang yang punya hak atas itu

aku pergi kala itu,,,
hanya untuk menyelamatkan hatiku...
hanya untuk menjaga rasaku atasmu
dan hanya untuk menata pikirku...

aku lemah atas lakumu
lemah, sebab ku tak bisa apa-apa untukmu
aku sedih atas hidupmu
sedih , sebab aku tak bisa membantumu

terdiam sendiri memendam rasa
hanya bercerita di depan layar berwarna hitam
aku sedih atas hidupku
membiarkan semua berlalu pergi lalu menyesal menyendiri...

Kering lagi dan berbaring bersama sepi

11/02/09
Kering lagi…
Retak menuju ke dalam, lapisan yang terakhir
Aku memuja tapi tak tertangkap oleh yang ku puja
Entah apa yang salah…
Caraku memuja atau pilihanku yang salah?

Menuju kehancuran di tengah ribut suara hati yang berteriak
aku dalam keadaan tak tentu,
tak tau,
tak mau,
dan risau.

Salah…keliru…
Aku berdiri di jalan yang salah
Tersadar ketika sudah jauh kujalani
Dan untuk kembali mungkin aku akan tersesat di belantara hati yang penuh risau

Aku kering lagi…
Hujan itu itu telah terwadahi…
Saatnya kembali menata hati yang sempat terlena akan lembutnya mimpi
Tapi ku masih harus memilih :
Tetap menatap langit atau menutup mata berbaring bersama sepi…

sesabar tanah yang terinjak

Rasa sedih kembali merajam mimpi yang tak sempat terjalin nyata
Tergulung ombak besar di tengah lautan perasaan
Terantuk batu karang kenyataan di sisi-sisi luka ku
Perih…jatuh tersungkur di atas pasir yang mengiris

Lagi-lagi menyatu dengan tanah…
Sudah nasib ku mungkin…
menjadi sesuatu yang terinjak-injak oleh perasaan
yang akhirnya tak mampu berdiri di antara kedua kaki sendiri

terlentang menatap ke atas
mencari sebentuk senyum dari langit
namun semuanya menjadi jelaga hitam
saat langit menggelap bersama petir yang menggertak

aku menutup mataku langitku
takut akan ganasnya petir yang menjagamu
ku bungkus diri dalam tebalnya selimut plastik
sebab ku tak ingin hujan membasahiku

tak ingin hujan membuatku tertelungkup kedinginan
karena jika begitu, berarti ku akan membelakangimu…
aku tak ingin membelakangimu, aku tetap ingin menatapmu…
akan kutunggu sampai petir itu berhenti dan akan kubuka mataku lagi untuk melihatmu
biarlah sekarang hanya ingatanku yang menghibur
mencoba mengulang semua cerita yang takkan mengabur
aku menunggu di tepi nyata yang tak kunjung berpihak
mencoba mengobati luka dan mengajari hatiku untuk sesabar tanah yang terinjak…

aku, langit dan air itu

01/02/09
Aku pernah menjadi bintang indah bagi langit
Kemudian aku jatuh, terbakar
menjelma menjadi serpihan-serpihan batu tak berharga
lalu menyatu dengan keringnya tanah di bumi

di bumi yang baru
ikhlas belum mau menyatu denganku
masih saja aku berandai-andai sebagai bintang
terus menatap ke atas melepaskan hasrat: memuja langit

aku mengenal air
dan tak menyadari jika ternyata dia menyamarkan keringku
langit dan air menjadi penting dalam adaku
namun keduanya menjadi sulit menjadi apaku

langit tak tersentuh namun begitu megah
air memang bisa kusentuh tapi tak bisa tergenggam
keduanya memang tak mungkin
dan tetaplah aku menjadi tanah tak berarti

yang kemudian tetap berharap
namun…harusnya aku berlalu jauh
dari harap akan keduanya
sebab aku bukanlah ratu di atas nyata
yang mampu membalik dunia berpihak pada aku...

Dua Tanya Akan Dua Nyata

22/01/09
Aku sedang tak ingin bertanya tentang apa yang kurasa
Sebab aku tak ingin terjebak pada definisi akan sebuah rasa
Aku juga tak ingin menelusuri jejak2 hatiku
Sebab aku tak ingin tersesat pada jalur kebimbangan ketidaksempurnaan hati
Seolah-olah tidak padahal iya
Dan seolah-olah iya padahal tidak

Tertinggal di tepi sebuah jurang
Dengan Hasrat ingin mati tapi masih ingin mencari hati
Mencoba Mencari perhatian pada air
Namun masih teramat merindukan langit

Aku memang sedang diliputi tanya akan dua nyata
Tapi ku coba sejauh mungkin berbuat acuh pada salah satunya
Bagai tanah yang terus menatap langit walau hujan berusaha menghalang
Semuanya sebab aku yang tak mungkin akan keduanya.

Aku sedang tak ingin menjawab tentang apa yang mereka tanya
Sebab aku tak ingin termakan oleh segala jawab yang samar akannya
Dan aku sedang tak ingin menjelaskan apapun akan dua nyataku
Sebab aku tak punya lagi banyak harap akan dua nyata itu…

di sebelas Januari itu

10/01/09
Kasih…masihkah tersimpan di ingatanmu akan hari ini?
Hari di mana kau buat hatiku ingin melompat keluar bernyanyi
Hari ini hari yang sama dengan ketika itu
Hatiku sangat ingin melompat dan bernyanyi untukmu
Tapi lagu mu sudah berbeda dari yang dulu
Sedang hatiku masih tetap bernyanyi lagu yang sama
Aku kini tak tahu lagumu
Lagu indah yang dulu kita nyanyikan kau lupakan nadanya kini
Entah sebab apa nada itu kau lupakan
Atau mungkin sudah ada lagu lain yang kau nyanyikan
Lagu lain yang kau bingkiskan untuk sesosok bidadari awan nan jelita
Sebab siapalah aku?
Tak lebih dari kesalahan masa lalu bagimu
Kesalahan yang tak mungkin kau ulang hanya demi seonggok daging tak berharga
Tapi inilah aku, tetap bernyanyi dengan lagu yang sama
Dengan sedikit harap kau akan ingat nada yang dulu
Namun sepertinya ingatan mu tlah lekang atasku
Satu mimpi harap terkabul di hari ini
Ada sebentuk keajaiban akan berpihak pada hatiku di hari ini
Di sebelas januari itu…

bulan genap yang seharusnya

Akhirnya hari itu tiba
Hari di mana bulan genap harusnya bertaut
Namun, tak ada keajaiban atasnya
Yang ada hanya kesedihan akan sesal masa lalu yang tak tertebus

Aku merintih…sebab luka tak juga berhasil kulawan
Jasad kini hanya Nampak indah di luar
sementara dalamnya bagai rumah tua tak terjamah
dan tersisa tapak kaki berdebu dari orang ang pernah singgah

Hati kini masih tetap berpihak pada langit
Berharap dia kembali dengan birunya
Yang sepertinya sulit kulihat sebab jelaga kian menghalang